Saturday, December 26, 2009

Aurat


Hmm... bicara tentang aurat. Bukan satu perkara yang mudah nak disampaikan dengan lisan, lagi pula keanehan mereka dalam memberi alasan menyebabkan agak "fed up" dalam memberi teguran. Antara alasan2 tersebut:
  1. bukan nak tunjuk kat u pun...
  2. alaa... xde stail la pakaian macam ni...
  3. hmm... i tiru kawan je, rasa mcm matching je, so i pakai la...
  4. segan la nak pakai pakaian yg elok2, nnti xde kawan...
  5. fesyen la... !!
  6. kalau x pakai macam ni, nnti xde yg suka kat kita
  7. open minded la sikit... (haa... yg ni based on experience... dah kena marah dlu... hahaha)
  8. sape suh u tgk, pegi la tempat lain...
Akhirnya, iblis dan anak2 setan nya yg menang... Iblis berkata " wah, anak2 adam dah makin ramai nk jadi peneman kita di akhirat besok...." (abg lan, ni bkn *^#%@*** berkata.. haha)

Kan cantik kalau menutup aurat, Allah suka, masyarakat suka, saya pun suka... hehe... (jom bentuk masyarakat islam yg berjaya di mata allah, disamping menggembirakan ibubapa di hari kelak..!! )
Jadi anak soleh/solehah menjamin ibubapa ke syurga, salah satu dari harta mereka adalah kita.. huhu... anak mana yg tidak menyayangi parent nya..!! so, xkan kita nak hantar mereka ke alam neraka... huhu.. nauzubillahi min dzalik...
Smoga allah mengampuniku, ibubapaku, sahabat2ku, kenalan2ku, kakak dan adik2ku, serta muslimin dan muslimat...

Pantun - Mari Menutupi Aurat

Tutup aurat satu tuntutan,
Dalam keluarga wajib tekankan,
Kalau tak ikut gunalah rotan,
Demi melaksanakan perintah Tuhan.

Aurat ditutup mestilah lengkap,
Tudung litup termasuk serkap,
Mini telekong pun orang cakap,
Elok dipandang tak payahpun ‘make up’.

Sekurang-kurangnya berbaju kurung,
Lebih elok jubah mengurung,
Kaki pula mesti bersarung,
Ditumit kaki syaitan bertarung.

Kalau wanita menutup aurat,
Orang jahat tak berani ngorat,
Bahkan boleh menjadi ubat,
Orang memandang boleh bertaubat.

Pakaian modern memanglah hebat,
Harganya mahal walaupun ketat,
Walaupun cantik tetapi singkat,
Orang memakai pun nampak pusat.

Berseluar ketat bajupun ketat,
Jarangnya pulak boleh dilihat,
Orang yang memakai terus dilaknat,
Oleh Allah, Rasul dan Malaikat.

Apa yang aneh bila dipandang,
Lengan pendek tapi bertudung,
Nampak seperti orang yang kudung,
Mata terpandang kaki tersandung.

Lagilah aneh bila di fikir,
Baju kebaya tudung berukir,
Nampak dada iman terjungkir,
Kain terbelah peha terukir.

Bila ditanya kenapa begitu,
Dia kata fesyennya dah macam tu,
Di dalam hati niat tertentu,
Menggoda jantan sudahlah tentu.

Menutup aurat boleh berfesyen,
Tetapi jangan menunjuk eksyen,
Sesuaikan diri ikut profesyen,
Kalau dilaknat tak guna sesen.

Kalau nak “Make Up” biarlah padan,
Jangan terlebih bila berdandan,
Minyak wangi cuba elakkan,
Bedak dan gincu sekadar keperluan.

Kasut tinggi cuba jauhi,
Kerana ia melahirkan bunyi,
Boleh menarik perhatian lelaki,
Perbuatan ini dibenci Ilahi.

Apatah lagi menghentakkan kaki,
Menarik perhatian orang laki-laki,
Melenggok punggung menggoda hati,
Ustaz melihat pun separuh mati.
Syaitan sangat suka lah hati ,

Buat apa nak tayang jambul,
Kecantikan tak usah ditonjol-tonjol,
Mahkota disimpan tak jadi bisol,
Memakai tudung Islam tersimbol.

Selokaku ini bukanlah jahat,
C u m a saja mahu peringat,
Kepada semua para sahabat,
Terutama sekali rakan sejawat.

Kalau nak ikut nasihat ini,
Jangan bertangguh ubahlah diri,
Benda yang baik tak payah diuji,
Akan terserlah akhlak terpuji.

Kepada semua kawan lelaki,
Jangan tergelak wanita diperli,
Keluarga kita tak terkecuali,
Terutama sekali anak
dan bini.

Sudahkah kita tanamkan iman,
Menutup aurat sepanjang badan,
Ke sana sini dilindungi Tuhan,
Keluarga menjadi contoh teladan.

Setakat ini seloka kami,
Harap dapat menghibur hati,
Yang baik bolehlah anda ikuti,
Kalau boleh besok mulai.

Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, supaya mereka menundukkan pandangan mereka, dan menjaga kemaluan mereka, dan tidak menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang nampak daripadanya; dan hendaklah mereka meletakkan penudung mereka pada dada mereka, dan tidak menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka, atau bapa mereka, atau bapa suami mereka, atau anak lelaki mereka, atau anak lelaki suami mereka, atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara perempuan mereka, atau perempuan mereka, atau apa yang tangan kanan mereka memiliki, atau lelaki yang melayan mereka yang tanpa mempunyai keinginan seks, atau kanak-kanak kecil yang belum mengerti aurat (bahagian-bahagian sulit) perempuan; dan janganlah juga mereka menghentakkan kaki mereka supaya perhiasan mereka yang tersembunyi diketahui. Dan bertaubatlah semua bersama kepada Allah, wahai orang-orang mukmin, agar kamu beruntung.
(surah an-nur : 31)

Sunday, November 22, 2009

wanita..

Tanya: Aku adalah seorang pemuda. Aku punya hobi main internet dan ngobrol (chatting). Aku hampir tidak pernah chatting dengan cewek. Jika terpaksa aku chatting dengan cewek maka aku tidaklah berbicara kecuali dalam hal yang baik-baik.

chatting

Kurang dari setahun yang lewat ada seorang gadis yang mengajak aku chatting lalu meminta no hp-ku. Aku katakan bahwa aku tidak mau menggunakan hp dan aku tidak ingin membuat Allah murka kepadaku.

Dia lalu mengatakan, “Engkau adalah seorang pemuda yang sopan dan berakhlak mulia. Aku akan bahagia jika kita bisa berkomunikasi secara langsung”. Kukatakan kepadanya, “Maaf aku tidak mau menggunakan HP”. Kemudian dia berkata dengan nada kesal, “Terserah kamulah”.

Selama beberapa bulan kami hanya berhubungan melalui chatting. Suatu ketika dia mengatakan, “Aku ingin no HP-mu”. “Bukankah dulu sudah pernah kukatakan kepadamu bahwa aku tidak mau menggunakan HP”, jawabku. Dia lalu berjanji tidak akan menghubungiku kecuali ada hal yang mendesak. Kalau demikian aku sepakat.

Setelah itu selama tiga bulan dia tidak pernah menghubungiku. Akupun berdoa agar Allah menjadikannya bersama hamba-hambaNya yang shalih.

Tak lama setelah itu ada seorang gadis kurang lebih berusia 16 tahun yang berakhlak dan sangat sopan menghubungi no HP-ku. Dia berkata dalam telepon, “Apa benar engkau bernama A?”. “Benar, apa yang bisa kubantu”, tanyaku. Dia mengatakan, “Fulanah, yaitu gadis yang telah kukenal via chatting, berkirim salam untukmu”. “Salam kembali untuknya. Mengapa tidak dia sendiri yang menghubungiku?”, tanyaku. “Telepon rumahnya diawasi dengan ketat oleh orang tuanya”, jawabnya.

Setelah orang tuanya kembali memberi kelonggaran, dia kembali menghubungiku. Kukatakan kepadanya, “Jangan sering telepon” namun dia selalu saja menghubungiku. Akan tetapi pembicaraan kami sebatas hal-hal yang baik-baik. Kami saling mengingatkan untuk melaksanakan shalat, puasa dan shalat malam.

Setelah beberapa waktu lamanya, dia berterus terang kalau dia jatuh cinta kepadaku dan aku sendiri juga sangat mencintainya. Aku juga berharap bisa menikahinya sesuai dengan ajaran Allah dan rasul-Nya karena dia adalah seorang gadis yang berakhlak, beradab dan taat beragama setelah aku tahu secara pasti bahwa aku adalah orang yang pertama kali melamarnya via telepon.

Akan tetapi empat bulan yang lewat, ayahnya memaksanya untuk menikah dengan saudara sepupunya sendiri karena ayahnya marah dengannya. Inilah awal masalah. Aku mulai sulit tidur. Kukatakan kepadanya, “Serahkan urusan kita kepada Allah. Kita tidak boleh menentang takdir”. Namun dia meski sudah menikah tetap saja menghubungiku. Kukatakan kepadanya, “Haram bagimu untuk menghubungiku karena engkau sudah menjadi istri seseorang”.

Yang jadi permasalahan, bolehkah dia menghubungiku via HP sedangkan dia telah menjadi istri seseorang? Allah lah yang menjadi saksi bahwa pembicaraanku dengannya sebatas hal yang baik-baik. Kami saling mengingatkan untuk menambah ketaatan terlebih lagi ayahnya memaksanya untuk menikah dengan dengan lelaki yang tidak dia cintai.

Jawab:
Saling menelepon antar lawan jenis itu tidaklah diperbolehkan secara mutlak baik pihak perempuan sudah bersuami ataukah belum. Bahkan ini adalah tipu daya Iblis.

Kau katakan bahwa tidak ada hubungan antaramu dengan dia selain saling menasehati dan mengajak untuk melakukan amal shalih. Perhatikan bagaimana masalah cinta dan yang lainnya menyusup melalui hal ini. Bukankah engkau tadi mengatakan bahwa engkau mencintainya dan diapun mencintaimu sedangkan katamu topik pembicaraanmu hanya seputar amal shalih? Kami tahu sendiri beberapa pemuda yang semula sangat taat beragama berubah menjadi menyimpang gara-gara hal ini.

Wahai saudaraku bertakwalah kepada Allah. Jauhilah hal ini. Cara-cara seperti ini lebih berbahaya dari pada cara-cara orang fasik yang secara terang-terangan ngobrol dengan perempuan dengan tujuan-tujuan yang tidak terpuji. Mereka sadar bahwa yang mereka lakukan adalah sebuah maksiat. Sadar bahwa suatu hal itu adalah keliru merupakan awal langkah untuk memperbaiki diri.
Sedangkan dirimu tidak demikian bahkan boleh jadi engkau menganggapnya sebagai sebuah ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah kutinggalkan suatu ujian yang lebih berat bagi laki-laki melebihi wanita” (HR Bukhari no 4808 dan Muslim no 2740 dari Usamah bin Zaid).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ
“Sesungguhnya awal kebinasaan Bani Israil adalah disebabkan masalah wanita” (HR Muslim no 7124 dari Abu Said al Khudri).

Perempuan yang mengajakmu ngobrol dengan berbagai obrolan ini padahal tidak ada hubungan kekerabatan antara dirimu dengannya adalah suatu yang haram. Hati-hatilah dengan cara-cara semisal ini. Moga Allah menjadikanmu sebagai salah seorang hambaNya yang shalih.

Tanya: Andai jawaban untuk pertanyaan di atas adalah tidak boleh apakah boleh dia mengajak aku ngobrol via chatting?

Jawab:
Wahai saudaraku, hal ini tidaklah dibolehkan. Hubunganmu dengannya semula adalah chatting lalu berkembang menjadi komunikasi langsung via telepon dan ujung-ujungnya adalah ungkapan cinta. Apakah hanya akan berhenti di sini?
Semua hal ini adalah trik-trik Iblis untuk menjerumuskan kaum muslimin dalam hal-hal yang haram. Bersyukurlah kepada Allah karena Dia masih menyelamatkanmu. Bertakwalah kepada Allah, jangan ulangi lagi baik dengan perempuan tersebut ataupun dengan yang lain.

Tanya: Apa hukum seorang laki-laki yang chatting dengan seorang perempuan via internet dan yang dibicarakan adalah hal yang baik-baik?
Jawab:
Tidak ada seorangpun yang bisa mengeluarkan fatwa yang bersifat umum untuk permasalahan semisal ini karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan masak-masak. Fatwa yang bisa saya sampaikan kepadamu adalah obrolan dengan lawan jenis yang semisal kau lakukan adalah tidak diperbolehkan. Bukti nyata untuk hal ini adalah apa yang kau ceritakan sendiri bahwa hubunganmu dengan perempuan tersebut terus berkembang ke arah yang terlarang.

[Disarikan dari Majmu Fatawa al Adab karya Nashir bin Hamd al Fahd].

Tuesday, November 10, 2009

Going back....

This week on wednesday, 11 November 'o9... esok la tu... lalala~ damn happy coz after this i cnt go back again until february next year... huhuh.. ok la tu... (tgh tension2, agak2 extra tension, so, happy jelah)...

Saturday, November 7, 2009

Zat yang Maha Suci

Sajak seorang ayah kepada anaknya... rasa nk menangis je, bila teringat seorang ayah mengingatkan anaknya bahwa keberadaan Allah itu tidak pernah melupakan hambanya... Anak kecil itu mengangguk tanda mengerti tapi tidak tahu bagaimana mau membalas rasa cinta tadi... "Moga Allah permudahkanku dalam setiap pekerjaan dan mengingatkan aku tentang kewujudannya..." Akan tetapi anak yang kecil ni meningkat dewasa, semakin melupakan, leka dan abai dalam menguruskan kepentingan diri... pengaruh-pengaruh tidak baik mula diadaptasi ke dalam roh anak yang meningkat dewasa tadi.

Sehingga satu mimpi menyedarkan kembali, mimpi seakan azab di alam kelak... Takut hingga menggeletar sekujur tubuh yang kecil itu. Menangis anak tadi memohon keampunan, tapi... Ibu segara mndapatkanku, memeluk dan menanyakan hal tadi... Moga Allah merahmatimu nak...

Bagaimanalah aku hendak melupakan Zat Yang Maha Suci
Yang kuasa-Nya tidak pernah satu detik terlepas dariku
Yang sentiasa mengetahui berterusan setiap gerakan jantungku
Ia senatiasa melihat hingga ke batinku
Senantiasa mendengar setiap waktu dan detik

Kehendak-kehendak- Nya ke atasku pasti berlaku
Baik aku setuju maupun tidak setuju
Menggembirakan maupun yang mendukacitakan
Ia Maha Agung, Maha Qahhar dan Maha Jabbar
Juga kasih sayangnya kepadaku lebih daripada seorang ibu yang kasih kepada
anak-anaknya
Seluruh hidupku di dalam genggaman-Nya
Ia dapat buat apa saja kepadaku

Kuasa-Nya ke atasku sepenuhnya
Tidak ada sama sekali campur tanganku ke atas diriku sendiri
Itulah Tuhan Pencipta seluruh alam dan yang menjadikan aku
Ia adalah Penyelamat
Pentadbir, Penjaga, Pendidik dan Pemelihara
Dengan penuh berhikmah
Oleh itu bagaimana aku mau melupakan-Nya
Sedangkan Dia tidak akan melupakanku
Walau setakat sekelip mata

Aduh, tidak mungkin aku dapat melupakan-Nya
Tidak mampu aku untuk melupakan-Nya
Itulah Dia Tuhanku
Aku tidak dapat terlepas dari kuasa-Nya

7 november 2009

Ya Allah, ku mohon agar dipermudahkan urusan duniaku... lama rasanya aku terbiar begini... cukup satu tahun rasanya... tadi aku terbaca dari sahabatku...

"sebesar2 dosa adalah dosa yg dilakukan ketika kita RASA BERDOSA melakukannya
~~imam alghazali~~"


Sebenarnya aku mengahakis rasa tuhan dalam diriku apabila terdedah di persekitaran di sini. Bukanlah bermaksud menyalahkan daerah tempat aku menetap sekarang tetapi menyalahkan diriku yang leka dibuai arus sekitar ditambah lagi dengan kurangnya muhasabah diri yang seharusnya dilakukan...

Thursday, November 5, 2009

Tuesday, October 20, 2009

Pentingnya iman dan syariat

Kalaulah kejahatan dan kebaikan itu dinilai dengan akal, seluruh kebaikan dan kejahatan tidak akan dapat dinilai dengan tepat, akan berlakulah sebahagian kebaikan dianggap kejahatan, dan sebahagian kejahatan dianggap kebaikan, dan berlakulah krisis nilai yang akan membawa krisis moral dan masyarakat. Oleh itu ukurlah dengan neraca iman dan syariat.

MENAHAN LAPAR SEMALAMAN KERANA MENGHORMATI TETAMU

Seorang telah datang menemui Rasulullah s.a.w. dan telah menceritakan kepada Baginda s.a.w. tentang kelaparan yang dialami olehnya. Kebetulan pada ketika itu Baginda s.a.w. tidak mempunyai suatu apa makanan pun pada diri Baginda s.a.w. mahupun di rumahnya sendiri untuk diberikan kepada orang itu. Baginda s.a.w. kemudian bertanya kepada para sahabat,"Adakah sesiapa di antara kamu yang sanggup melayani orang ini sebagai tetamunya pada malam ini bagi pihak aku?" Seorang dari kaum Ansar telah menyahut, "Wahai Rasulullah s.a.w. , saya sanggiup melakukan seperti kehendak tuan itu."

Orang Ansar itu pun telah membawa orang tadi ke rumahnya dan menerangkan pula kepada isterinya seraya berkata, "Lihatlah bahawa orang ini ialah tetamu Rasulullah s.a.w. Kita mesti melayaninya dengan sebaik-baik layanan mengikut segala kesanggupan yang ada pada diri kita dan semasa melakukan demikian janganlah kita tinggalkan sesuatu makanan pun yang ada di rumah kita." Lalu isterinya menjawab, "Demi Allah! Sebenarnya daku tidak ada menyimpan sebarang makanan pun, yang ada cuma sedikit, itu hanya mencukupi untuk makanan anak-anak kita di rumah ini ?"

Orang Ansar itu pun berkata, "Kalau begitu engkau tidurkanlah mereka dahulu (anak-anaknya) tanpa memberi makanan kepada mereka. Apabila saya duduk berbual-bual dengan tetamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan apabila kami mulai makan engkau padamlah lampu itu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali supaya tetamu itu tidakk akan ketahui bahawa saya tidak makan bersama-samanya." Rancangan itu telah berjalan dengan lancarnya dan seluruh keluarga tersebut termasuk kanak-kanak itu sendiri terpaksa menahan lapar semata-mata untuk membolehkan tetamu itu makan sehingga berasa kenyang. Berikutan dengan peristiwa itu, Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud, "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan." (Al-Hasy : 9)

Thursday, October 15, 2009

Engkau Jaga Sangat Jasad Lahir

Engkau jaga sangat jasad lahir engkau
Engkau jaga dan belai muka engkau agar licin dan cantik
Engkau gunakan berbagai-bagai jenis krim dan losyen untuk menjaga kulit badan
Agar kulit sentiasa licin dan tegang
Engkau makan berbagai-bagai makanan awet muda
Untuk menjaga keteguhan dan kesihatan badan engkau
Semua yang engkau jaga itu adalah nilai dunia
Kerana badan lahir ini bukan ada perasaan mengenal Tuhan
Jauh sekali rasa kehambaan
Lantaran itu apabila mati dibaham oleh ulat dan jadi tanah
Ertinya ia tidak kekal abadi
Tapi malang sekali anggota batin engkau yang boleh jadi nilai Akhirat
Engkau abaikan
Akal yang menjadikan engkau mukallaf
Jiwa atau hati yang boleh mengenal Tuhan engkau cuaikan
Nafsu yang boleh dididik dan dilatih untuk taat
Kepada Tuhan semesta alam
Engkau tidak ambil peduli pun untuk bermujahadah terhadapnya
Padahal semuanya ada nilai Akhirat
Dia adalah kekal abadi di Akhirat kelak
Sama ada ke Syurga atau ke Neraka
Sebenarnya akal, jiwa, nafsu inilah hakikat diri engkau
Badan lahir kalau engkau abaikan
Hanya menderita di dunia sahaja
Tapi jasad batin iaitu hakikat diri engkau, jika engkau abaikan
Dia akan menderita di Neraka
Engkau abaikan hakikat diri engkau
Engkau termasuk orang yang sangat zalim
Tapi engkau tidak nampak engkau menzalimi diri engkau sendiri
Yang engkau nampak orang lain menzalimi diri engkau
Orang menzalimi diri engkau, engkau dapat pahala
Tapi engkau menzalimi diri engkau sendiri, dapat bala dan Neraka

Wednesday, October 14, 2009

makanan dari hasi tilik...

Abu Bakar mempunyai seorang hamba yang menyerahkan sebahagian daripada pendapatan hariannya kepadanya sebagai tuan. Pada suatu hari hambanya telah membawa makanan yang dimakannya sedikit oleh Abu Bakar. Hambanya berkata, "Kamu selalu bertanya tentang sumber makanan yang aku bawa, tetapi hari ini kamu tidak berbuat demikian ?"

Abu Bakar menjawab, "Aku terlalu lapar sehingga aku lupa bertanya. Terangkanlah kepada aku di mana kamu mendapat makanan ini ?" Hamba menjawab, "Sebelum aku memeluk Islam, aku menjadi tukang tilik. Orang-orang yang aku tilik nasibnya kadang-kadang tidak boleh membayar wang kepadaku. Mereka berjanji membayarnya apabila sahaja memperolehi. Aku berjumpa dengan mereka hari ini. Merekalah yang memberikan aku makanan ini."

Mendengar kata-kata hambanya, Abu Bakar memekik, "Ah! Nyaris-nyaris kau bunuh aku." Kemudian dia cuba mengeluarkan makanan yang telah ditelannya. Ada orang yang mencadangkan supaya dia mengisi perutnya dengan air dan kemudian memuntahkan makanan yang ditelannya tadi. Cadangan ini diterima dan dilaksanakannya sehingga makanan itu dimuntahkan keluar. Kata seorang pemerhati, "Semoga Allah s.w.t. mencucuri rahmat ke atasmu. Kamu telah bersusah-payah kerana makanan yang sedikit."

"Aku sudah pasti memaksanya keluar walaupun dengan berbuat demikian aku mungkin kehilangan jiwaku sendiri. Aku mendengar Nabi Muhammad s.a.w. berkata, "Badan yang tumbuh subur dengan makanan haram akan merasai api neraka. Oleh kerana itulah maka aku memaksa makanan itu keluar takut kalau-kalau ia menyuburkan badanku."

(http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/himpunan1001kisah.htm)

Bahaya dunia

Menjaga dan mengurus harimau, ular dan perkara atau makhluk yang merbahaya lebih selamat daripada menjaga dan mengurus dunia. Kerana orang sedar makhluk-makhluk tadi merbahaya, orang sentiasa berhati-hati dan berjaga-jaga agar tidak memudaratkannya tapi dunia hati manusia cenderung, mata senang melihat, nafsu suka dan kebanyakan manusia tidak terfikir merbahaya akibatnya dunia merosakkannya.

Saturday, October 10, 2009

KISAH BERPISAHNYA ROH DARI JASAD


Dalam sebuah hadith daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah s.a.w. datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah s.a.w. duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.

Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda. Baginda s.a.w.terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah s.a.w. bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah s.a.w. berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!" Rasulullah s.a.w. bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah s.a.w. bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih tahu."

Maka bersabda Rasulullah s.a.w.: "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk memandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan."Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika mereka memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."

Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat." Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."

Tuesday, October 6, 2009

kisah habib si orang parsi...

Semula Habib adalah seorang yang kaya raya dan suka membungakan uang. la tinggal di kota Bashrah, dan setiap hari berkeliling kota untuk menagih piutang-piutangnya. Jika tidak memperoleh angsuran dari langganannya mnaka ia akan menuntut uang ganti rugi dengan dalih alas sepatunya yang menjadi aus di perjalanan. Dengan cara seperti inilah Habib menutupi biaya hidupnya sehari-hari.

Pada suatu hari Habib pergi ke rumah seorang yang berhutang kepadanya. Namun yang hendak ditemuinya sedang tak ada di rumah. Maka Habib meminta ganti rugi kepada isteri orang tersebut.

"Suamiku tak ada di rumah", isteri orang yang berhutang itu berkata kepadanya, "aku tak mempunyai sesuatupun untuk diberikan kepadamu tetapi kami ada menyembelih seekor domba dan lehernya masih tersisa, jika engkau suka akan kuberikan kepadamu".

"Bolehlah!" si lintah darat menjawab. Ia berpikir bahwa setidaknya ia dapat mengambil leher domba tersebut dan membawanya pulang. "Masaklah!".

"Aku tak mempunyai roti dan minyak", si wanita menjawab.

"Baiklah", si lintah darat menjawab, "aku akan mengambil minyak dan roti, tapi untuk semua itu engkau harus membayar ganti rugi pula". Lalu ia pun pergi mengambil minyak dan roti.

Kemudian si wanita segera memasaknya di dalam belanga. Setelah masak dan hendak dituangkan ke dalam mangkuk, seorang pengemis datang mengetuk pintu.

"Jika yang kami miliki kami berikan kepadamu", Habib mendamprat si pengemis, "engkau tidak akan menjadi kaya, tetapi kami sendiri akan menjadi miskin".

Si pengemis yang kecewa memohon kepada si wanita agar ia sudi memberikan sekedar makanan kepadanya. Si wanita segera membuka tutup belanga, ternyata semua isinya telah berubah menjadi darah hitam. Melihat ini, wajahnya menjadi pucat pasi. Segera ia mendapatkan Habib dan menarik lengannya untuk memperlihatkan isi belanga itu kepadanya.

"Saksikanlah apa yang telah menimpa diri kita karena ribamu yang terkutuk dan hardikanmu kepada si pengemis!". Si wanita menangis. "Apakah yang akan terjadi atas diri kita di atas dunia ini? Apa pula di akhirat nanti!".

Melihat kejadian ini dada Habib terbakar oleh api penyesalan. Penyesalan yang tidak akan pernah mereda seumur hidupnya. "Wahai wanita! Aku menyesalkan segala perbuatan yang telah kulakukan!'

Keesokan harinya Habib berangkat pula untuk menemui orang-orang yang berhutang kepadanya. Kebetulan sekali hari itu adalah hari Jum'at dan anak-anak bermain di jalanan. Ketika melihat Habib, mereka berteriak-teriak: "Lihat, Habib lintah darat sedang menuju ke sini, ayo kita lari, kalau tidak niscaya debu-debu tubuhnya akan menempel di tubuh kita dan kita akan terkutuk pula seperti dia!"

Seruan-seruan ini sangat melukai hati Habib. Kemudian ia pergi ke gedung pertemuan dan di sana terdengarlah olehnya ucapan-ucapan itu bagaikan menusuk-nusuk jantungnya sehingga akhirnya ia jatuh terkulai.

Habib bertaubat kepada Allah dari segala perbuatan yang telah dilakukannya, setelah menyadari apa sebenarnya yang terjadi. Hasan al-Bashri datang memapahnya dan menghibur hatinya. Ketika Habib meninggalkan tempat pertemuan itu seseorang yang berhutang kepadanya melihatnya, dan mencoba untuk menghindari dirinya.

"Jangan lari" Habib berkata. "Di waktu yang sudah-sudah engkaulah yang menghindari diriku, tetapi sejak saat ini akulah yang harus menghindari dirimu".

Habib meneruskan perjalanannya, anak-anak tadi masih juga bermain-main di jalan. Melihat Habib, mereka segera berteriak: "Lihat Habib yang telah bertaubat sedang menuju ke mari. Ayolah kita lari! Jika tidak, niscaya debu-debu di tubuh kita akan menempel di tubuhnya sedang kita adalah orang orang yang telah berdosa kepada Allah".

"Ya Allah ya Tuhanku!". seru Habib. "Baru saja aku membuat perdamaian dengan-Mu, dan Engkau telah menabuh gendrang-gendrang di dalam hati manusia untuk diriku dan telah mengumandangkan namaku di dalam keharuman".

Kemudian Habib membuat sebuah pengumuman yang berbunyi: "Kepada siapa saja yang menginginkan harta benda milik Habib, datanglah dan ambillah!"

Orang-orang datang berbondong-bondong, Habib memberikan segala harta kekayaannya kepada mereka dan akhirnya ia tak mempunyai sesuatu pun juga. Namun masih ada seseorang yang datang untuk meminta, kepada orang ini Habib memberikan cadar isterinya sendiri. Kemudian datang pula seorang lagi dan kepadanya Habib memberikan pakaian yang sedang dikenakannya, sehingga tubuhnya terbuka. Dan ia lalu pergi menyepi ke sebuah pertapaan di pinggir sungai Euphrat, dan di sana ia membaktikan diri untuk beribadah kepada Allah. Siang malam ia belajar di bawah bimbingan Hasan namun betapa pun juga ia tidak dapat menghapal al-Qur'an, dan karena itulah ia dijuluki 'ajami atau si orang Barbar.

Waktu berlalu, Habib sudah benar-benar dalam keadaan papa, tetapi isterinya masih tetap menuntut biaya rumah tangga kepadanya. Maka pergilah Habib meninggalkan rumahnya menuju tempat pertapaan untuk melakukan kebaktiannya kepada Allah dan apabila malam tiba barulah ia pulang.

"Di mana sebenarnya engkau bekerja sehingga tak ada sesuatu pun yang engkau bawa pulang?" isterinya mendesak.

"Aku bekerja pada seseorang yang sangat Pemurah", jawab Habib. "Sedemikian Pemurahnya ia sehingga aku malu meminta sesuatu kepada-Nya, apabila saatnya nanti pasti ia akan memberi, karena seperti katanya sendiri: 'Sepuluh hari sekali aku akan membayar upahmu' ".

Demikianlah setiap hari Habib pergi ke pertapaannya untuk beribadah kepada Allah. Pada waktu shalat Zhuhur di hari yang kesepuluh, sebuah pikiran mengusik batinnya. "Apakah yang akan kubawa pulang malam nanti? Apakah yang harus kukatakan kepada isteriku?".

Lama ia termenung di dalam perenungannya itu. Tanpa sepengetahuannya Allah Yang Maha Besar telah mengutus pesuruh-pesuruh-Nya ke rumah Habib. Yang seorang membawakan gandum sepemikulan keledai, yang lain membawa seekor domba yang telah dikuliti, dan yang terakhir membawa minyak, madu, rempah-rempah dan bumbu-bumbu. Semua itu mereka pikul disertai seorang pemuda gagah yang membawa sebuah kantong berisi 300 dirham perak. Sesampainya di rumah Habib, si pemuda mengetuk pintu.

"Apakah maksud kalian datang kemari?", tanya isteri Habib setelah membukakan pintu.

"Majikan kami telah menyuruh kami untuk mengantarkan barang-barang ini", pemuda gagah itu menjawab, "sampaikanlah kepada Habib: 'Bila engkau melipatgandakan jerih payahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu' ". Setelah berkata demikian merekapun berlalu.

Setelah matahari terbenam Habib berjalan pulang. la merasa malu dan sedih. Ketika hampir sampai ke rumah, terciumlah olehnya bau roti dan masakan-masakan. Dengan berlari isterinya datang menyambut, menghapus keringat di wajahnya dan bersikap lembut kepadanya, sesuatu yang tak pernah dilakukannya di waktu yang sudah-sudah.

"Wahai suamiku", si isteri berkata, "majikanmu adalah seorang yang sangat baik dan pengasih. Lihatlah segala sesuatu yang telah dikirimkannya kemari melalui seorang pemuda yang gagah dan tampan. Pemuda itu berpesan: 'Bila Habib pulang, katakanlah kepadanya, bila engkau melipatgandakan jerihpayahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu' ".

Habib terheran-heran.

"Sungguh menakjubkan! Baru sepuluh hari aku bekerja, sudah sedemikian banyak imbalan yang dilimpahkan-Nya kepadaku, apa pulakah yang akan dilimpahkan-Nya nanti?"

Sejak saat itu Habib memalingkan wajahnya dari segala urusan dunia dan membaktikan dirinya untuk Allah semata-mata.

(catatan dari kawan sejati)..

Friday, October 2, 2009

Madah

Orang mukmin kalau dia dihina orang, dia tetap dapat menahan kemarahannya kerana dia merasa memang dia adalah hamba yang hina dan tidak ada harga, patutlah dihina.

Takutilah Allah


Rasa takut kepada Allah sudah tidak lagi dibicarakan dalam perbicaraan sehari - hari manusia pada hari ini. Bagi mereka, orang - orang (da'ie) seperti ini banyak mengganggu dalam kehidupan seharian mereka. Serba xblh... nk buat ni kena tegur... nk buat tu pn kena tegur... lama - kelamaan hitam legam hati... gelap tidak ada cahaya... hmm...

Tidak semena - mena, orang - orang yg menyampaikan pesanan pulak yg kena... Tpi, bagi da'ie yg memahami ini adalah suatu perkara yg menyenangkan. Suatu nikmat bagi mereka... Agak aneh, tpi disebabkan nawaitu nya yg baik, pertolongan Allah slalu bersama mereka... Kalau pun tidak dari bantuan fisikal, Allah beri bantuan berbentuk kebahagian dalam hati mereka.

Kelemahan MQ tidak cukup berani dan kuat untuk menghadapi masalah bekaitan seperti ini... ya Rabbul Izzati, ampunkan lah dosaku...

Apabila manusia banyak lupakan Tuhan
Syariat Tuhan dilanggarnya
Siang dan malam, maksiat dan kemungkaran
Dilakukan di bumi Tuhan
Maka kemurkaan Tuhan pun datang

Untuk menghukum manusia yang sudah derhaka kepada Tuhan
Maka Tuhan pun datangkan berbagai-bagai bala bencana
Untuk mengazab manusia yang sudah derhaka dengan Tuhan
Tuhan lakukan sesama manusia
perkelahian dan peperangan

Tuhan lakukan bencana alam
yang berbagai-bagai bentuknya
Untuk menyusahkan manusia
yang sudah derhaka kepada Tuhan
Bah, banjir, gunung api meledak
Gempa bumi terjadi, tsunami berlaku
Memusnahkan manusia, harta dan pembangunan
Berlaku accident di udara, di jalan raya, dan di
lautan
Dan perkara-perkara itu terus Tuhan lakukan
Selagi manusia tidak kembali kepada Tuhan

Tetapi kita hairan
Sepatutnya malapetaka itu terjadi
Disebabkan kemurkaan Tuhan,
Sepatutnya para pemimpin Islam dan ulama-ulama
Mengingatkan manusia kembali kepada Tuhan
Dan manusia bertaubat sungguh-sungguh kepada Tuhan
Agar kemurkaan Tuhan reda semula kepada insan

Tetapi tidak ada seorang pemimpin Islam
Dan ulama-ulama Islam mengingatkan
Agar manusia kembali merujuk kepada Tuhan
Agar bala bencana itu yang menyusahkan manusia
Dihentikan oleh Tuhan

Bukankah Tuhan telah menyebut didalam Al-Quran
Umat-umat dahulu dimusnahkan Tuhan dengan
berbagai-berbagai cara
Untuk menghukum mereka agar mereka kembali Tuhan
Sepatutnya pengajaran didalam Al-Quran itu
Diambil oleh manusia sebagai pengajaran
Dan para pemimpin-pemimpin Islamlah
Dan ulama-ulama Islam
Mengingatkan manusia yang durhaka kepada Tuhan
akan Tuhan datangkan berbagai bencana
Seperti apa yang Tuhan lakukan
Kepada umat-umat yang dahulu yang diceritakan oleh Al-Quran
Moga-moga dengan peringatan oleh pemimpin-pemimpin Islam
Dan ulama-ulama Islam dapat mengingatkan manusia
Terutama orang-orang Islam agar mereka kembali kepada Tuhan
Kalau tidak azab Tuhan itu akan berlaku berpanjangan
Itu azab Tuhan, baru di dunia sudah tidak tahan
Kalau manusia itu terus melupakan Tuhan
Azab di akhirat sedang menunggu lebih dahsyat lagi,
Makin tidak tahan
Dan berkekalan, lagilah tidak tahan
Disini menunjukkan pemimpin-pemimpin dan ulama-ulama
Ikut juga didalam kelalaian
Di waktu ummat dan rakyat
Didalam kelalaian dan kecemasan
Mereka tidak mendapat panduan dan ajaran
Dari pemimpin-pemimpin dan ulama-ulama
Maka rakyat dan umat terbiar
Didalam kebingungan dan ketakutan
Begitulah para pemimpin-pemimpin dan ulama-ulama
Ikut lalai seperti orang kebanyakan

Wednesday, September 30, 2009

Khabar dari Rasulullah merentas sempadan masa

Benarkah Rasulullah saw. dapat “melihat” masa depan?

Di kalangan umat Islam masa kini ada yang menyangkal bahwa Rasulullah saw. telah mengatakan sesuatu kejadian sebelum hal tersebut terjadi. Mereka katakan, “Rasulullah bukan peramal!” Perkataan mereka tersebut benar, tapi kurang tepat. Memang Rasulullah saw. bukan peramal. Ketika Rasulullah mengatakan sesuatu tentang masa depan baginda bukan meramal, melainkan menceritakan berita dari Allah Ta’ala yang sampai padanya. Jadi apa yang disampaikan Rasulullah bukan menebak, melainkan menceritakan sesuatu yang pasti terjadi. Karena itulah baginda disebut “shadiqul masduq”, perkataannya benar dan dibenarkan oleh Allah Ta’ala. Rasul-rasul yang terpilih memang diberi pengatahuan ghaib termasuk tentang peristiwa yang belum terjadi sesuai Firman Allah dalam Al Quran, terjemahnya:

“Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya.” (QS. Ali Imran: 179)

Rasulullah sendiri telah menceritakan perkara-perkara masa depan hingga kiamat seperti diberitakan oleh hadis berikut ini:

“Amr bin Akhtab Al-Anshari ra. berkata: Rasulullah saw. mengerjakan shalat subuh bersama kami. Beliau naik ke atas mimbar dan menyampaikan khutbah sampai tiba waktu zhuhur. Kemudian beliau turun untuk mengerjakan shalat. Beliau naik lagi ke atas mimbar, sampai waktu shalat ashar. Lalu turun mengerjakan shalat ashar. Rasulullah saw. naik lagi ke mimbar sampai matahari terbenam. Beliau menceritakan keadaan hingga hari kiamat, sehingga kami mengetahuinya dan hafal.” (HR. Muslim)

Janji Rasulullah saw. yang telah terjadi

Di antara berita masa depannya tersebut, Rasulullah menceritakan tentang perjuangan umatnya di masa depan dan memastikan kemenangan mereka. Berkata Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Kerajaan Persia akan hancur, dan takkan ada lagi Raja Persia setelahnya. Kekaisaran Romawi juga akan hancur, dan tak ada lagi Kaisar Romawi setelahnya. Kalian akan membagi harta simpanan mereka di jalan Allah. Karena itu, perang adalah tipu daya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada beberapa hadis lain lagi yang menceritakan bahwa Islam akan mengalahkan Romawi dan Persia. Kita tahu dari sejarah, setelah wafatnya Rasulullah tentara Islam di bawah Panglima Sayidina Khalid bin Walid ra. memberikan pukulan akhir pada pasukan Romawi di Syam dan dengan itu takluklah seluruh jajahan Romawi di Syam yang saat ini meliputi Syria, Jordan, Palestina dan Libanon.

Di masa pemerintahan Khalifah Umar ra. pasukan Islam di bawah Panglima Sayidina Sa’ad bin Abi Waqqash menaklukkan Persia. Saat itu bangsa Persia sebagian besar adalah penganut agama Majusi, penyembah api. Mereka beribadah di kuil-kuil api abadi mereka. Semasa lahir Rasulullah, api abadi mereka yang terbesar yang telah menyala ribuan tahun tiba-tiba padam.

Bermula dari penaklukan Iraq, pasukan Islam terus menaklukkan ibu kota Persia, Madain hanya dalam tempo 2 tahun. Sayidina Sa’ad ra. dengan pasukannya menaklukkan pasukan Persia yang sangat terlatih di bawah panglimanya Rustum yang sangat berpengalaman. Mereka merebut Qadisiyah dalam sebuah pertempuran yang sangat bersejarah karena untuk pertama kalinya pasukan Islam menghadapi tentara bergajah. Tapi karena bantuan Allah, pasukan Persia dapat dikalahkan. Dalam pertempuran ini pasukan Islam berjumlah sekitar 20.000 orang melawan lebih 200.000 prajurit Persia. Dalam pasukan Islam itu terdapat lebih 400 Sahabat Rasulullah dan di antaranya ada 99 orang Ahli Badar (peserta perang Badar).

Setelah merebut Babylon dan Madain, Istana Kisra Persia diduduki dan pasukan Islam mendapat ghanimah (rampasan perang) yang sangat besar. Mungkin yang terbesar dalam sejarah. Orang-orang Persia pun secara berangsur-angsur selama 200 tahun menukar agamanya menjadi agama Islam karena takjub dengan akhlak umat Islam. Maka tunailah apa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya saw.

Dalam hadis lain Rasulullah saw. ada menyebut:

”Konstantinopel akan jatuh di tangan seorang pemimpin yang sebaik-baik pemimpin, tentaranya sebaik-baik tentara, dan rakyatnya sebaik-baik rakyat.” (Al Hadis)

Para Sahabat Rasulullah saw., tabi’in dan tabi’ut tabi’in terus berusaha membuktikan sabda Rasulullah ini. Mereka berulang kali mengadakan ekspedisi untuk menaklukkan Konstantinopel. Tercatat dari kalangan Sahabat ra. Sayidina Abu Ayyub Al-Anshari ra. yang ketika itu telah berusia lebih 80 tahun ikut berusaha menagih janji Rasul tersebut. Beliau syahid di medan perang dan dimakamkan di dekat tembok benteng Konstantinopel. Dari kalangan tabi’in ada Ibrahim bin Ad-ham rh. yang datang ke sana untuk membuktikan janji Rasulullah dan beliau pun syahid.

Ternyata janji Rasulullah itu baru terbukti lebih 800 tahun kemudian di tangan Sultan Muhammad Al-Fateh dari Dinasti Usmaniyah. Dengan jatuhnya Konstantinopel, jatuhlah seluruh wilayah Kekaisaran Romawi Timur ke tangan Islam.

Ayah Muhammad Al-Fateh, Sultan Murad telah mendapat kabar dari Syeikh Syamsuddin Al-Wali bahwa anaknya yang baru lahir itu yang akan menepati janji Rasulullah (lihat Kisah Teladan - red). Karena itu beliau telah mempersiapkan Muhammad Al-Fateh sejak kecil dengan diserahkan didikan agamanya pada Syeikh Syamsuddin dan didikan militernya pada panglima-panglima Turki yang paling berpengalaman hingga pada usia 19 tahun beliau telah siap menggantikan ayahnya menjadi sultan. Pada usia 21 tahun beliau memimpin pasukannya untuk menaklukkan Konstantinopel dan terbuktilah hadis di atas: Konstantinopel takluk!

Perjuangan kebenaran yang tak dijanjikan

Perjuangan kebenaran yang tak dijanjikan (tak disebut dalam Quran, hadis maupun firasat wali Allah) biasanya tak mencapai kejayaan di dunia. Misalnya untuk diambil contoh, perjuangan Pangeran Diponegoro. Meskipun dibantu orang-orang shaleh (sebagian bertaraf wali) dan memperoleh kemenangan besar dalam pertempuran, tapi tetap saja beliau kalah meskipun dengan kecurangan musuh. Perjuangan Hasan Al Banna pun tak mencapai kejayaan dunia. Tetapi berkat keikhlasan beliau dalam berjuang, Tuhan menganugerahkan kejayaan di Akhirat pada beliau: mati syahid.

Janji Rasulullah saw. untuk akhir zaman

Untuk umat Rasulullah di akhir zaman, sangat banyak janji Rasulullah yang dapat dibaca dalam hadis-hadis. Beliau telah berkata bahwa Islam akan bangkit untuk kedua kalinya (yang pertama di zaman baginda) di akhir zaman dan kebangkitan itu akan dimulai dari sebelah timur.

Rasulullah saw. bersabda:

“Kalaulah tiada lagi sisa umur dunia ini kecuali satu hari saja niscaya Allah akan memanjangkan hari itu hingga diutus ke dunia ini seorang lelaki dari keturunanku atau keluargaku, namanya menyerupai namaku dan nama bapaknya menyerupai nama bapakku. Dia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan seksama sebagaimana sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman dan kejahatan.” (HR. Abu Daud dan At Tirmizi)

Juga sabda beliau:

“Akan keluar dari sulbi ini (Sayidina Ali) seorang pemuda yang akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan seksama. Maka apabila kamu ingin melihatnya, maka wajiblah kamu bersama dengan Putera Bani Tamim, sesungguhnya dia datang dari sebelah timur dan dialah pemegang panji-panji Al Mahdi.” (HR. At Thabrani)

Dari Tsauban ra. katanya Rasulullah saw. bersabda,

“Panji-panji Hitam akan datang dari arah timur, hati mereka bagaikan kepingan-kepingan besi. Siapa yang mendengar mengenai mereka, datangilah mereka walaupun terpaksa merangkak di atas salju.” (HR. Ibnu Majah, Al Hakim, Ahmad, Al Hafiz Abu Nuaim)

Jelas dalam hadis-hadis ini Rasulullah menjanjikan bahwa di akhir zaman Islam akan bangkit kembali dari arah timur dengan dipimpin oleh seorang keturunan Baginda saw. yang bergelar Imam Mahdi. Nama aslinya adalah Muhammad bin Abdullah, persis seperti nama Baginda saw. Dan jika kita ingin menyertainya, kita harus bersama dengan seorang yang bergelar Putra Bani Tamim yang datang dari timur meskipun terpaksa menempuh kesukaran (“merangkak di atas salju”). Putera Bani Tamim ini membawa panji-panji hitam (bendera pasukan Islam di masa Rasulullah saw.), yaitu sebuah perlambang bahwa dia akan membawa sebuah sistem hidup yang mencontoh sistem hidup Rasulullah saw. dalam segala aspek.

Rasulullah saw. dalam hadis-hadis lain juga menceritakan bahwa Imam Mahdi adalah seorang yang bertaraf khalifah. Kemunculan beliau akan terjadi setelah orang-orang dari timur (Putra Bani Tamim dan para pengikutnya) mempersiapkan tapak pemerintahannya.

Hadis-hadis tentang Imam Mahdi dan Putera Bani Tamim ini banyak dan lebih kurang 20 di antaranya berderajat shahih sehingga mencapai taraf mutawatir maknawi. Tentunya ini menjadi berita gembira bagi kita bahwa agama ini akan mencapai kejayaan untuk kedua kalinya dengan pemimpin dan para pejuang yang telah dijanjikan oleh Rasulullah saw.

26 / 09 / 2009

Salam alaik…

Uhu3x… hari ni MQ hampir accident…
Memang best !!! giler cuak... tapi nak buat apo lagi kan... mintak maap byk2 la...
Tapi xpasal2 MQ plk yang kena. Kereta hijau pajero lbh kurang mcm tu lah...
Bajet2 tadi ingat dah boleh lepas dah tadi, tapi tertengok lak ada classmate tgh naik motor... so, nak gi tego la... aha3.. skali kete tu bawak laju la plk kan... terlompat2 jgk la tadi...


Bahagian lutut dah ada rasa sakit sikit... tapi still ok coz dapat jalan (walaupun sakit jgk)... Alhamdulillah, tadi nasib bek la dah selamat cross jalan waktu tu... kata org2 zaman dlu la ‘malang memang xdak bau’... dia bawak sakit je... ehe3x...


Moment paling best bila dia bukak tingkap kreta sambil teriak kt MQ ‘Sial !!!’ huhu... rasa byk sgt kesalahan yg MQ buat hari ni.. alhamdulillah, mungkin ni teguran dari Allah...


Moral of value dari cite ni…


  • Jangan berkata sesuatu yang buruk… ehe3x… membela diri nampaknye…

  • Kalau buat keje tu focus pada niat yang pertama dlu… ni x, padan muka… uhu3x…

  • Cepat2 minx maap klau ada buat silap...


Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil." (Ayat 55 : 28 Al – Qasas)

Saturday, July 18, 2009

ISLAM DAN KEADILAN (karya asz)








Setiap manusia fitrah semulajadinya inginkan keadilan. Kerana keadilan itu satu perkara yang berharga dan penting. Justeru itu, begitu serius manusia memperjuangkannya dari sejak wujudnya manusia hingga kini. Bahkan akan terus diperjuangkan sambung-bersambung hingga ke hari Kiamat.

Memang di antara sifat-sifat mahmudah (sifat terpuji) yang selalu diperkatakan orang di dalam pidato-pidato mereka, di dalam tulisan-tulisan mereka, di dalam perbincangan-perbincangan mereka adalah sifat keadilan. Bukan sahaja umat Islam yang menyebutnya bahkan semua kaum dan bangsa.

Kita pun hairan juga mengapa semua kaum dan bangsa di kalangan manusia, sifat keadilan itu sangat diperjuangkan tidak seperti sifat-sifat mahmudah yang lain. Seperti sifat pemurah, berkasih sayang, ikhlas, mengutamakan orang lain, pemaaf, meminta maaf, merendah diri, bertimbang rasa, sabar dan lain-lain lagi. Tidak begitu pula serius diperkatakan apatah lagi untuk diperjuangkan dan dijadikan slogan antarabangsa.

Padahal sifat keadilan itu hampir setiap hari kita dengar dan baca. Melalui khutbah-khutbah, ceramah-ceramah, media elektronik, media cetak, perkataan keadilan yang diucapkan dan ditulis oleh semua golongan manusia tidak kira dia Islam atau dia bukan Islam.

Berbagai-bagai bentuk perkataan yang kita dengar mengenai keadilan itu
diantaranya :

Ø `Kita mesti adil.`

Ø `Itu tidak adil.`

Ø `Keadilan belum begitu wujud lagi.`

Ø `Kita mahu keadilan yang menyeluruh.`

Ø `Belum ada keadilan ekonomi dan politik.`

Ø `Mari kita perjuangkan keadilan.`

Ø `Dia itu pejuang keadilan.`

Ø `Selagi ada dikriminasi, keadilan tidak akan wujud.`

Dan lain-lain lagi susunan bahasa mengenai keadilan sebagai slogan di dalam pidato dan tulisan. Lebih-lebih lagi jika berlaku krisis politik dan ekonomi di dalam sesebuah negara atau ada pemimpin yang dipecat atau kena ada menteri yang dipecat atau yang digugurkan menjadi ahli di dalam sesebuah parti atau ada pegawai kerajaan yang kena buang kerja maka perkataan keadilan itu akan timbul diperkatakan oleh golongan-golongan tertentu melalui pidato-pidatonya atau tulisan-tulisan sama ada perkara itu atau kejadian itru disebut adil atau tidak adil mengikut pandangan dan pertimbangan masing-masing.

Keadilan yang belum bersifat global, kalau kita teliti dan perhati perkataan keadilan yang dikumandangkan dan digembur-gemburkan oleh sesetengah pihak di waktu ini di seluruh dunia, nyata bahawa keadilan yang disebut atau yang diperjuangkan itu tidak bersifat menyeluruh atau global. Keadilan yang diperbesar-besarkan itu hanya di bidang-bidang atau di sudut-sudut tertentu sahaja, seperti keadilan di bidang politik, ekonomi, jawatan, pemberian biasiswa. Kalau pun ada di bidang-bidang lain tidak begitu serius diperkatakan.

Bahkan di dalam sesetengah hal dan keadaan, perkataan keadilan itu ditimbulkan apabila menimpa orang-orang besar atau yang berjawatan besar, barulah dihebohkan atau diperbesarkan. Tapi apabila mengenai orang-orang bawahan atau rakyat jelata tidak pun diperbesarkan perkataan keadilan itu.

Bahkan adakalanya ketidakadilan itu atau berlaku diskriminasi kepada golongan bawahan, tidak ada seorang yang mengambil tahu atau ada liputan di dalam media massa, atau pun ada yang tahu tapi buat-buat tidak tahu kerana yang tidak dapat keadilan itu bukan golongan atau konco-konconya. Namun demikian ada orang menyatakan dia itu adalah pejuang keadilan. Itu menunjukkan orang yang menggelarkan seseorang itu pejuang keadilan pun belum faham erti keadilan yang sebenar.

Keadilan yang bersifat global

Islam melihat bahawa keadilan itu adalah salah satu sifat mahmudah atau sifat terpuji. Ia adalah bersifat menyeluruh dan global. Sifat ini tidak hanya mengenai aspek-aspek tertentu sahaja. Selain ia bersifat sejagat, ia juga adalah mengenai semua aspek dan semua hal dan keadaan.

Ia mesti berlaku di dalam politik, ekonomi, pendidikan,pentadbiran, ketenteraan, perjawatan, kebudayaan, kemasyarakatan, penganugerahan, khidmat cemerlang, akhlak atau moral dan lain-lain lagi merangkumi seluruh aspek kehidupan manusia sama ada yang lahir mahupun yang batin, yang bersifat fizikal mahupun yang bersifat maknawiyah dan rohaniah.

Erti keadilan itu sangat luas fungsi atau kedudukannya di dalam kehidupan manusia terutama didalam kehidupan manusia bermasyarakat. Bahkan manusia itu bukan sahaja mesti adil kepada orang lain tapi juga mesti adil pada diri sendiri dan anggota-anggotanya, lahir dan batin.

Mengapa keadilan itu tidak diperjuangkan secara sejagat dan global?

Apa yang terjadi pada hari ini bahawa keadilan itu tidak diperjuangkan secara global dan sejagat walaupun sifat adil itu bertaraf sejagat kerana ada beberapa sebab seperti berikut :

1. Mungkin ramai orang yang belum faham erti keadilan yang sebenarnya.

2. Kerana manusia itu susah hendak lari atau keluar daripada kepentingan diri, keluarga dan kelompok-kelompoknya, golongan, kaum dan bangsanya. Maka masing-masing lebih menekankan keadilan itu untuk kepentingan diri dan kelompok-kelompoknya sahaja.

3. Setiap kelompok itu mentakrifkan atau mendefinasikan mengikut kefahaman isma atau ideologi atau agama pegangan masing-masing atau akal fikiran masing-masing, bukan mengikut takrif Islam yang luas lagi sempurna.

4. Ada golongan yang tertentu mengumandangkan perkataan keadilan itu ada motif atau ada tujuan hendak menjatuhkan individu yang tertentu atau puak atau parti yang tertentu kerana hasad dengki atau sakit hati atau musuhnya.

5. Ada golongan memperjuangkan keadilan setelah dia tersepit atau setelah dia dibuang daripada jawatannya atau dizalimi, maka mulalah mereka menggembar-gemburkan keadilan. Kalau tidak, mereka pun tidak minat hendak menyebut dan memperjuangkannya sebelum menimpa diri dan golongan sendiri.

6. Lantaran takut kerana keadilan itu disarankan atau diperjuangkan kepada semua pihak atau puak, akan ada nanti golongan dan puak yang akan bangun dan maju.

7. Disebabkan takut dan bimbang kalau diperjuangkan keadilan secara global, ada golongan yang berkuasa atau kuat terkena atau tercabar, mereka tidak mampu berhadapan dengan risikonya apabila ditekan dan disusahkan.
Secara umumnya inilah di antara sebab-sebab mengapa pejuang-pejuang yang ingin menegakkan keadilan, kelihatan tidak bersifat global dan menyeluruh. Jadi orang menjadi bingung dan keliru, lebih-lebih lagi mereka tidak tahu bagaimana memperjuangkan keadilan itu yang bersifat menyeluruh dan tepat.

ERTI KEADILAN

Mengikut bahasa erti adil itu di antaranya ialah; sama rata di antara dua perkara. Seimbang di antara dua keadaan, mengimbangi bebanan.

Erti keadilan mengikut istilah syariat Islam; meletakkan sesuatu itu pada tempatnya. Maksud keadilan mengikut istilah syariat itulah yang diperintahkan oleh Allah SWT di dalam beberapa ayat. Di antaranya:

1. "Sesungguhnya Allah Taala menyuruhmu, supaya kamu membayarkan amanat kepada yang empunya dan apabila kamu menghukum antara manusia, hendaklah kamu hukum dengan keadilan." (An Nisaa`: 58)

2. "Sesungguhnya Allah menyuruh melakukan keadilan dan berbuat kebajikan serta memberi karib kerabat dan melarang berbuat yang keji dan yang mungkar dan kezaliman.`" (An Nahl: 90)

3. "Maka jika salah satu keduanya teraniaya kepada yang lain, hendaklah kamu perangi (golongan) yang aniaya, hingga kembali kepada perintah Allah dan hendaklah perdamaikan antara keduanya dengan keadilan dan hendaklah kamu berlaku adil." (Al Hujurat: 9)

Di sini dapatlah kita faham bahawa apa saja yang kita lakukan sama ada orang atau barang atau benda atau perkara, sama ada yang bersifat maddi (material) mahupun bersifat maknawi atau rohani, jika dapat diletakkan pada tempatnya, inilah yang dikatakan adil. Kita berlaku sebaliknya maka dinamakan zalim kerana lawan adil itu ialah zalim. Perkataan zalim itu berasal daripada (zulmun) ertinya gelap atau kegelapan.

Orang yang bertindak di dalam kehidupan tidak meletakkan sesuatu perkara atau perbuatan sama ada yang bersifat lahir mahupun yang batin, yang bersifat material (maddi) atau bersifat maknawi atau rohani pada tempatnya, dia dianggap orang yang hidup di dalam suasana yang gelap, yang tidak ada panduan dan pedoman hingga selalu sahaja tersilap, tersasul, tersalah, tergelincir, terjatuh.
Ertinya hidup di dalam keadaan kelam-kabut dan huru-hara.

Kalau begitulah erti adil atau keadilan menurut Islam iaitu meletakkan sesuatu itu pada tempatnya, ertinya adil atau keadilan itu bukan ertinya sama rata atau dua benda yang sama-sama sukatan atau dua benda yang sama ukurannya.

Kalau begitulah pengertian adil, saya ulang lagi iaitu meletakkan sesuatu pada tempatnya, ia melibatkan banyak perkara. Di antaranya:

· Mengenai orangnya

· Mengenai benda

· Mengenai masa atau keadaan

· Mengenai perbuatan atau tenaga

Mengenai orang

Kalau seseorang itu diberi jawatan atau tugas sesuai dengan profesion atau sesuai dengan kebolehan dan kemampuannya itulah dikatakan adil. Tapi kalau seseorang itu diberi jawatan atau tugas bukan pada tempatnya ertinya tidak sesuai dengan ilmu dan kemampuannya, itu tidak adil namanya. Apabila tidak adil, zalimlah pula namanya iaitu lawan adil.

Mengenai benda

Katakan Al Quran atau kitab jika ia diletakkan pada tempatnya iaitu di tempat yang tinggi lagi mulia, sesuai dengan kemuliaannya, itu adalah bersifat adil. Tapi kalau tidak diletakkan pada tempat yang mulia atau tinggi iaitu diletakkan di tempat yang hina seperti di jamban atau di dapur atau di tempat yang kotor atau terdedah kepada tempat lalu-lalang manusia, yang boleh terlanggar, terlangkah atau tersepak, itu adalah perbuatan zalim dan jatuh berdosa.

Mengenai masa

Katalah waktu Maghrib, masa itu mestilah digunakan pada tempatnya iaitu bersembahyang; yang eloknya bersembahyang berjemaah, itu adalah adil. Tapi kalau waktu Maghrib itu diisi dengan perbuatan lain, sekalipun yang halal seperti berniaga, apatah lagi diisi dengan perbuatan yang haram seperti mencuri maka dianggap zalim maka jatuh kepada dosa.

Mengenai perbuatan atau tenaga

Sebagai contoh, kita disuruh berbuat, bertindak, berusaha kepada yang sesuai pada tempatnya. Misalnya berbuat perkara yang disuruh oleh Allah SWT seperti menolong orang, berdakwah, mengajar, membaca Al Quran, bersembahyang, bersilaturrahim, menziarahi orang yang sakit, bergotong- royong di dalam membuat baik dan mencegah kemungkaran. Paling tidak membuat perkara-perkara yang harus seperti berehat, tidur, maka itu dikatakan adil.

Tapi jika perbuatan atau tenaganya digunakan bukan pada tempatnya seperti digunakan untuk berjudi, mencuri, memukul orang, berzina, memegang orang yang bukan muhrim, bergaul bebas tanpa batas, membangunkan tempat-tempat maksiat, maka itu dikatakan zalim.

Empat perkara yang kita sebutkan di atas sebagai contoh yang asas, yang bersifat lahir. Kalau hendak dihuraikan atau didetailkan terlalu luas. Mengenai orang saja tentulah seluruh anggotanya, lahir dan batin yang bersifat fizik mahupun yang bersifat maknawi dan rohani. Mengenai benda pula terlalu banyak, tentang masa pula di dalam sehari semalam ada 24 jam. Setiap waktu atau jam ada perkara yang patut atau perbuatan yang patut diisi pada setiap masa itu. Mengenai perbuatan atau tenaga, banyak pula yang mesti diuntukkan pada tempatnya iaitu kebaikan. Jika semuanya itu diletakkan pada tempatnya dikatakan adil dan jika berlaku sebaliknya maka dia dianggap zalim.

Manakala keadilan yang melibatkan perkara-perkara yang bersifat maknawi dan rohani ialah:

· Akal fikiran.

· Nafsu

· Hati dan jiwa atau roh

Pertama: Akal fikiran

Digunakan pada tempatnya seperti memikirkan ilmu-ilmu Al Quran, Al Hadis, ilmu-ilmu yang dibenarkan seperti memikirkan ilmu ekonomi, politik, pendidikan, pembangunan, pentadbiran, kemasyarakatan, memikirkan kebesaran Allah SWT dan lain-lain lagi. Ini adalah adil terhadap akalnya tapi kalau memikir sesuatu yang tidak sepatutnya kerana bukan tempatnya, seperti memikirkan perempuan yang bukan muhrim kita, memikirkan arak, judi dan memikirkan hendak membunuh, mencuri, zina dan yang lain-lain yang dilarang, maka hukumnya zalim.

Kedua: Nafsu

Kehendak nafsu dan kemahuannya dihalakan atau didorong ke tempat yang dibenarkan oleh Allah Taala seperti mengkehendakkan memperjuangkan agamaNya, mengkehendakkan membantu fakir miskin, mengkehendakkan mendaulatkan undang-undang Islam, mengkehendakkan membangunkan ekonomi Islam, pendidikan Islam, kebudayaan, pentadbiran Islam, masyarakat Islam dan lain-lain yang diperintahkan oleh Islam, hukumnya adil.

Tapi jika kehendak nafsu itu didorong kepada bukan tempatnya seperti berkehendakkan kepada perempuan yang bukan isteri, mendorong memperjuangkan kebatilan seperti memperjuangkan ideologi, ekonomi kapitalis, pendidikan sekular dan lain-lain yang dilarang Islam, hukumnya zalim.

Ketiga: Adil terhadap hati atau jiwa atau roh

Hendaklah perasaan-perasaan itu diletakkan pada tempatnya seperti merasakan kebesaran Allah, rasa takut kepada Allah, rasa malu, rasa rendah diri, rasa cinta kepada-Nya, rasa lemah, rasa harap, rasa berdosa, rasa pemurah, rasa kasih sesama manusia, rasa belas kasihan terhadap orang yang susah dan lain-lain lagi. Jika berlaku sebaliknya, iaitu rasa-rasa hati itu diletakkan pada rasa sombong, rasa megah, rasa ujub, rasa dendam, rasa marah, rasa bakhil, rasa tamak, rasa tidak pernah cukup dan lain-lain lagi rasa yang dilarang oleh Allah Taala, hukumnya zalim.

Adil atau keadilan adalah satu daripada sifat mahmudah iaitu sifat-sifat terpuji, yang Allah Taala wajibkan setiap mukallaf mesti memiliki atau menjadi pegangan setiap orang. Dan sifat ini adalah bertaraf sejagat.

Ertinya ia diterima bersama oleh seluruh manusia sama ada orang Islam mahupun yang bukan Islam.

Walaupun sifat adil itu bersifat sejagat, diterima bersama oleh semua manusia namun setiap diri manusia itu amat susah sekali untuk dapat memiliki sifat itu tapi setiap orang itu suka kalau orang lain berlaku adil kerana ia menguntungkan diri, walaupun tidak boleh berlaku adil pada orang lain. Kerana itulah lumrah berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat perkataan keadilan itu dikumandangkan, dislogan, diperjuangkan adalah untuk orang lain mengamalkan seperti kerajaan mengamalkan, majikan melaksanakan, bukan memperjuangkan keadilan itu dengan tujuan untuk dapat diamalkan pada diri masing-masing atau setiap orang.

Sepatutnya sifat keadilan itu diperjuangkan agar ia dapat dimiliki terlebih dahulu oleh setiap diri orang yang memperjuangkan keadilan itu, sebelum ia dapat diamalkan oleh orang lain.

Tapi kita merasa pelik, pejuang-pejuang keadilan memperjuangkan sifat keadilan itu di seluruh dunia agar orang lain berlaku adil, bukan mereka berusaha berlaku adil. Justeru itu kebanyakkan orang melihat tidak adil itu adalah orang lain bukan diri sendiri.

Sebenarnya atau sepatutnya setiap orang itu apabila memperjuangkan keadilan agar ia menjadi milik dirinya. Apabila ia mempunyai sifat itu akan berlakulah adil kepada orang lain.

Begitulah tuntutan dari Islam, apabila menyebut keadilan, ia mesti dilakukan oleh setiap mukalaf, bukan mendesak agar dilakukan oleh orang lain. Sedangkan diri sendiri tidak payah.

Adil adalah kewajipan setiap orang, kemestian setiap individu. Sesiapa yang tidak bersifat adil adalah satu kesalahan. Berdosa di sisi Tuhan. Kalau tidak bertaubat, ke Nerakalah padahnya.

KEDUDUKAN SIFAT ADIL DALAM ISLAM

Kedudukan sifat adil di dalam Islam adalah seperti berikut:

1. Ia adalah salah satu sifat mahmudah atau sifat yang terpuji yang wajib diusahakan dan diperjuangkan agar setiap orang memilikinya.

2. Sifat keadilan itu lebih hampir kepada sifat taqwa. Berdasarkan
sebuah ayat Al Quran:

Maksudnya: "Janganlah kamu tertarik kerana kebencianmu terhadap satu kaum sehingga kamu tidak berlaku adil. Berlaku adillah, kerana keadilan itu lebih dekat dengan taqwa dan takutlah kepada Allah." (Al Maidah: 8)

3. Keadilan itu kalau berlaku sangat berperanan dan memberi kesan di dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Sifat keadilan ini adalah salah satu akhlak yang mulia yang bersifat sejagat. Ertinya setiap manusia sama ada Islam mahupun yang bukan Islam menginginkannya.

5. Sifat keadilan itu kalau menjadi pakaian kepada pemimpin atau raja, ia lebih indah dan cantik. Lebih cantik dan menarik, lebih luas dan lebih meratanya faedah dan kebaikannya.

6. Sifat keadilan itu hendaklah diberi kepada semua golongan manusia sekalipun orang yang kita benci atau musuh kita.

7. Sifat keadilan itu sangat membantu menyelesaikan masalah masyarakat.

8. Satu saat boleh berlaku adil lebih baik daripada beribadah...

Pemimpin lebih utama berlaku adil

Di dalam ajaran Islam, semua orang yang mukalaf, lelaki, perempuan yang akil baligh, wajib berlaku adil. Bahkan wajib memperjuangkannya agar keadilan itu dapat ditegakkan di dalam kehidupan bermasyarakat, di dalam semua aspek dan bidang kehidupan. Tapi pemimpin itu berlaku adil terutama pemimpin di dalam sesebuah negara, lebih-lebih lagi utama dikehendaki berlaku adil kerana dia adalah contoh utama rakyat untuk menjadi ikutan. Ini ada beberapa sebab, di antaranya:

· Apabila pemimpin sesebuah negara itu adil, dia dapat melakukan keadilan itu secara umum. Ramai orang yang dapat dibela dan dapat manfaatnya atau ramai orang dapat terbela secara menyeluruh.

· Kalau pemimpin atau raja sesebuah negara itu tidak adil, maka umum atau ramai pula orang yang terzalim atau teraniaya atau ramai yang terbiar dan tidak terbela pula.

· Apabila pemimpin sesebuah negara itu adil, seluruh rakyat daripada orang besar hingga orang kecil akan sayang dan hormat. Dengan itu mudahlah rakyat untuk dididik dan didisplinkan.

· Apabila pemimpin sesebuah negara adil dan baik, mudah rakyat meniru menjadi baik. Apabila rakyat baik, gejala masyarakat yang tidak sihat kurang berlaku, menjadikan masyarakat aman, tenteram, bahagia dan harmoni.

· Sebaliknya kalau pemimpin atau raja di dalam sesebuah negara itu tidak adil dan jahat, rakyat akan jadi jahat. Ini akan menyebabkan berlakunya kemungkaran, jenayah dan tergugatlah ketenteraman umum. Sudah tentulah hidup dalam gelisah dan ketakutan.

· Apabila pemimpin atau raja di dalam sesebuah negara itu tidak adil, ertinya berlaku sebaliknya iaitu zalim, maka rakyat lama-kelamaan akhirnya tidak tahan, akhirnya timbul, pemberontakan, mengguling pemimpin atau raja sama ada berjaya atau tidak, akan lahirlah huru-hara. Maka semua golongan akan mendapat kesusahan.

· Apabila pemimpin atau raja di dalam sesebuah negara itu adil, Allah Taala akan memberi keberkatan kepada pemimpin atau raja itu.Kemudian keberkatan itu akan melimpah ruah seluruh negara dan rakyat. Ia akan menjadikan negara makmur, aman damai dan mendapat keampunan dari Allah Taala.

Begitulah yang akan diperolehi oleh rakyat di dalam sesebuah negara itu yang mempunyai pemimpin atau rajanya yang adil. Justeru itulah sifat adil itu lebih utama dimiliki oleh pemimpin atau raja di dalam sesebuah negara dari golongan lain.

Oleh kerana keadilan seseorang pemimpin atau raja itu, berkat dan rahmat Allah Taala akan melimpah ruah kepada seluruh negara dan kerana itulah raja atau pemimpin yang adil itu termasuk salah satu golongan daripada golongan yang dapat perlindungan Allah Taala di Padang Mahsyar seperti yang telah disebutkan oleh sebuah Hadis:

Maksudnya: "Ada tujuh golongan yang Allah memberi perlindungan-Nya di hari yang tiada perlindungan selain perlindungan-Nya. Mereka ialah pemimpin yang adil, pemuda yang sentiasa beribadah untuk Tuhannya, lelaki yang hatinya sentiasa berpaut dengan masjid, dua orang lelaki yang saling berkasih sayang kerana Allah, mereka bertemu dan berpisah pun kerana-Nya dan lelaki yang digoda oleh perempuan yang ada kedudukan dan kecantikan lalu dia berkata, `Aku takut kepada Allah, Tuhan sekalian alam` dan lelaki yang bersedekah secara sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya. Dan lelaki yang mengingati Allah sewaktu sunyi, lalu mengalir air matanya." (Riwayat Bukhari)

PEMBAHAGIAN KEADILAN DAN KEZALIMAN

Kalau kita hurai dengan lebih terperinci lagi tentang keadilan dan kezaliman, ia boleh dibahagi pula kepada empat bahagian:

1. Keadilan dan kezaliman kepada Allah SWT

2. Keadilan dan kezaliman kepada manusia

3. Keadilan dan kezaliman kepada diri sendiri

4. Keadilan dan kezaliman kepada haiwan

Pertama: Keadilan dan kezaliman kepada Allah SWT

Sebagai contoh, jika bertembung kehendak Allah SWT dengan kehendak kita seperti waktu sembahyang sudah tiba dan waktu itu juga kita hendak membuat kerja kita atau bos kita, kenalah kita dahulukan kehendak Allah SWT iaitu kerjakan sembahyang lebih dahulu. Itu dinamakan adil kepada Allah SWT. Jika didahulukan kehendak kita atau kehendak bos kita hingga tertinggal sembahyang, hukumnya kita menzalimi Allah SWT.

Sebagai contoh yang lain, kalau kita mendahului undang-undang Allah Taala di dalam membuat hukum atau mengatur kehidupan, kita telah berlaku adil dengan Allah SWT. Tapi kalau kita tolak hukum Allah Taala, kita ganti dengan hukum kita atau hukum manusia maka kita dianggap menzalimi Allah Taala kerana kita tidak meletakkan hukum Allah SWT pada tempatnya. Seterusnya qiaskanlah kepada perkara-perkara lain.

Kedua: Keadilan dan kezaliman kepada manusia

Sebagai contoh, dengan kedua ibu bapa kita hormati dan kita utamakan daripada isteri kita. Penghormatan dan keutamaan itu sudah kita letakkan pada tempat yang betul. Kita telah berlaku adil. Tetapi kalau berlaku sebaliknya, isteri kita lebih kita hormat dan utamakan daripada ibu bapa kita, kita telah berlaku zalim kerana meletakkan sifat hormat dan keutamaan itu bukan kepada tempatnya yang sebenarnya.

Sebagai contoh yang lain, kalau kita orang yang berkuasa, kita naikkan pangkat seseorang itu atas dasar kesungguhan dan kemampuan kerja, lama pula sudah bekerja, maka kita telah berlaku adil kerana kita naikkan pangkat itu sesuai dengan orang pada tempatnya dan sepatutnya.Tapi kalau berlaku sebaliknya, kita naikkan pangkat seseorang itu bukan atas dasar kebolehan, kesungguhan dan lama bekerja tapi atas dasar dia pandai mengambil hati kita, atau dia orang kita, walaupun tidak layak, kita naikkan juga pangkat. Maka kita telah berlaku zalim kerana memberi pangkat seseorang bukan pada tempatnya iatu bukan orang yang sepatutnya. Qiaskanlah kepada yang lain-lain seperti memberi projek, memberi anugerah cemerlang dan lain-lain lagi.

Ketiga: Keadilan dan kezaliman pada diri sendiri

Seperti Allah SWT menjadikan kita untuk beribadah, maka kita tetap menjadi orang beribadah. Maka kita telah berlaku adil kepada kita kerana kita telah meletakkan diri kita pada tempatnya yang sebenarnya. Jika berlaku sebaliknya iaitu kita tidak beribadah atau cuai beribadah kepada Allah Taala ertinya kita sudah tidak meletakkan diri kita pada tempatnya yang sebenarnya maka kita di kira menzalimi diri sendiri.

Sebagai contoh yang lain, Allah Taala menjadikan mata, telinga dan lain-lain anggota dengan tujuan untuk melihat, mendengar dan lain-lain lagi kepada yang dihalal atau diperintah oleh Allah Taala seperti melihat kebesaran Allah Taala, melihat dan membaca Al Quran, melihat ciptaan Tuhan agar terasa Maha Kuasa Allah Taala, kita telah berlaku adil pada diri kita. Jika berlaku sebaliknya, seperti melihat perempuan-perempuan yang bukan muhrim. Melihat dan mendengar gambar-gambar dan perkataan-perkataan yang lucah, kita telah menzalimi diri kita kerana kita sudah tidak meletakkan lagi diri kita (anggota kita) pada tempatnya yang sebenarnya. Seterusnya qiaskanlah anggota-anggota yang lain.

Keempat: Keadilan dan kezaliman kepada haiwan

Kalau kita ada memelihara haiwan yang dibenarkan oleh Islam, kita beri tempat tinggal yang sepadan dan sepatutnya dengan haiwan itu. Kita beri makan dan minum sesuai dengan haiwan itu. Kalau perlu kita gunakan untuk bekerja, sesuai dan sepadan dengan kerja-kerjanya yang patut dengan haiwan itu, tidaklah sampai membeban atau memberatkan, maka kita telah berlaku adil dengan haiwan itu. Tapi kalau berlaku sebaliknya, tempat tinggalnya tidak sempurna, makan minum tidak cukup, dibebankan dengan kerja yang tidak sepatutnya, maka kita telah melakukan kekejaman dan kezaliman terhadap haiwan itu dan contoh-contoh yang lain bolehlah qiaskan sendiri.

MENEGAKKAN KEADILAN AMAT SUSAH

Setelah kita membahas, mengkaji, menganalisa tentang pengorbanan dan kehendak-kehendak sifat-sifat adil atau keadilan untuk dipraktikkan di dalam kehidupan kita, ia terasa sungguh oleh kita amat susah dan payah hendak dilaksanakan. Bukan sahaja sulit sekali untuk berlaku adil kepada Allah Taala, kepada manusia, kepada haiwan bahkan untuk berlaku adil kepada diri kita sendiri pun amat susah sekali.

Jika kita tidak dapat berlaku adil kepada diri kita sendiri ertinya kita melakukan kezaliman kepada diri kita sendiri. Kalau kita tanpa berhenti dan bertaubat kepada Allah, Nerakalah padahnya.Kalau diri kita yang kita sayangi kita tidak berlaku adil bahkan kita menzalimi, apakah ada satu jaminan yang kita boleh berlaku adil kepada manusia atau makhluk yang lain? Apakah kita boleh menyayangi orang lain daripada diri kita? Kalau kita tidak sayang pada diri kita, bolehkah kita menyayangi diri orang lain, kalau kita sanggup menzalimi diri sendiri, apakah jaminan kita tidak menzalimi orang lain?

Di dunia hari ini penuh dengan penzaliman.

Setelah kita memahami erti keadilan menurut Islam, bahawa tidak syak lagi, dunia pada hari ini penuh dengan kezaliman dengan berbagai-bagai bentuk dan berlaku di dalam berbagai-bagai aspek kehidupan yang dilakukan oleh individu, kaum, puak, parti, golongan dan bangsa. Tidak ada bumi di dunia ini yang tidak berlaku penindasan dan penzaliman itu, sama ada menusia itu sedar atau tidak. Berlakunya penzaliman terhadap Allah Taala, penzaliman terhadap manusia, penzaliman terhadap haiwan dan penzaliman terhadap diri sendiri. Kemudian penzaliman itu ia berlaku pula di dalam berbagai-bagai aspek.

Penzaliman itu ia berlaku di dalam pendidikan, berlaku di dalam ekonomi, berlaku di dalam politik, di dalam pentadbiran, di dalam kemasyarakatan, di dalam ketenteraan, di dalam kebudayaan, di dalam kekeluargaan, di dalam perhubungan antarabangsa dan lain-lain lagi.

Justeru itu tidak hairanlah kita bahawa di mana-mana sahaja di muka bumi Tuhan ini, tidak ada tempat yang tenang yang tidak ada pergolakan, di sana-sini berlakunya berbagai-bagai krisis, perselisihan, pergeseran, pergaduhan, jauth-menjatuhkan, kata-mengata, umpat-mengumpat, fitnah-menfitnah, hina-menghina, pakatan jahat atau konfrantasi, tangkap-menangkap, tuduh-menuduh, demontrasi, pemberontakan seterusnya peperangan.

Di dalam seseorang atau satu puak atau satu golongan atau satu parti atau satu bangsa itu dizalimi, di masa yang sama mereka menzalimi pula. Di dalam satu sudut mereka kena zalim, di sudut yang lain mereka menzalim pula. Di dalam mereka dituduh, mereka menuduh pula. Jadi zalim-menzalim itu telah berlaku di antara satu sama lain, di antara satu puak dengan satu puak. Kalau begitu di mana golongan yang adil?

Sesetengah mereka kalau tidak menzalimi manusia, mereka menzalimi Allah Taala. Kalau tidak menzalimi Allah Taala, mereka menzalimi manusia. Kalau tidak mereka menzalimi manusia atau Tuhan, mereka menzalimi haiwan. Kalau tidak mereka menzalimi haiwan, manusia atau Tuhan, mereka akan menzalimi diri sendiri sehingga yang paling kejam iaitu bunuh diri. Bahkan ada yang lebih kejam lagi dari itu iaitu mereka menzalimi Tuhan, menzalimi manusia, haiwan dan diri sendiri.

Cara menegakkan keadilan

Sebelum ini kita telah memperkatakan bahawa fitrah semulajadi manusia suka kepada keadilan. Justeru itu mereka ingin kepada keadilan dan sentiasa bangun untuk berjuang menegakkan keadilan. Di waktu ini hampir setiap hari kita mendengar, membaca bahkan memperkatakan keadilan. Memang perkataan keadilan itu lebih banyak disebut orang daripada sifat-sifat mahmudah yang lain.

Tadi kita telah memperkatakan bahawa kezaliman itu telah merata berlaku kepada setiap individu, kelompok, puak, parti, golongan dan bangsa. Ia berlaku berbagai-bagai bidang dan aspek hingga kezaliman itu dilakukan pada diri sendiri. Dunia hari ini sudah penuh dengan penzaliman.

Kalaulah penzaliman telah rata berlaku di dunia hari ini hampir tidak ada manusia yang tidak dijangkiti. Oleh yang demikian siapalah yang hendak kita harapkan untuk bangun menegakkan keadilan sekaligus menumpaskan kezaliman?

Di sinilah rahsianya mengapa pejuang-pejuang keadilan belum berjaya menegakkan keadilan sekaligus menumpaskan kezaliman. Kerana di samping mereka ingin menegakkan keadilan dan menumpaskan kezaliman, mereka juga membuat zalim. Bahkan adakalanya satu-satu golongan itu berjaya menumbangkan satu golongan yang berlaku zalim, mereka kemudiannya lebih zalim lagi daripada golongan yang sebelumnya selepas mereka berjaya.

Oleh itu yang penting di waktu ini ialah setiap orang dan golongan berusaha membaiki diri dan cuba bersungguh-sungguh untuk menegakkan keadilan di dalam diri dan golongannya terlebih dahulu. Selepas itu perjuangkanlah keadilan itu, yang mana jika sifat keadilan itu telah wujud di dalam diri masing-masing dan di dalam golongan itu insya-Allah, golongan lain akan sedar dan insaf kerana model telah wujud dan Allah Taala akan memberi bantuan kepada orang yang telah menegakkan keadilan itu.

Inilah cara atau jalan keluar daripada penindasan dan penzaliman di dalam kehidupan manusia. Apabila penzaliman dapat ditumpaskan kerana masing-masing menegakkan keadilan di dalam diri mereka terlebih dahulu, secara automatik keadilan dapat ditegakkan di dalam kehidupan manusia, di dalam semua peringkat dan di dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat.

Jauhilah perbuatan zalim

Di dalam ajaran Islam perbuatan menzalim sangat dilarang. Ia termasuk dosa besar kerana menzalim itu merosakkan kehidupan manusia. Sama ada fiziknya, hartanya, maruahnya, kedudukannya atau lain-lain lagi. Maka kerana itulah dosa menzalimi ini di dunia lagi Allah Taala akan menghukumnya atau membalasnya sebelum dilakukan di Akhirat. Lebih-lebih lagi kalau orang kita zalim itu ialah ibu bapa atau guru kita.

Justeru itu ada Hadis menyebut:

Maksudnya: "Hendaklah kamu takuti doa orang yang dizalimi kerana tidak ada di antaranya hijab dengan Allah Taala."

Maksudnya, doa orang yang dizalimi terus Allah Taala terima sekalipun dia orang kafir. Maka akan nahaslah orang yang menzalim itu di dunia lagi.Oleh itu berhati-hatilah kita agar jangan sampai menzalimi makhluk Allah Taala kerana hukumannya akan berlaku didunia lagi. Sama ada cepat atau lambat, jangka pendek mahupun jangka panjang. Bentuk atau sifatnya yang sama dengan orang yang dizalimi atau Allah Taala datangkan dengan bentuk atau sifat yang lain. Adakalanya apa yang Allah Taala balas itu, orang yang menzalim itupun telah lupa di atas perbuatan zalimnya di suatu hari dulu.

Mungkin dia dihukum lambat sehingga dia tidak dapat hubungkaitkan dengan perbuatannya dahulu, kecuali orang yang prihatin atau peka sahaja yang sedar atau dapat hubungkaitkan.

Marilah sama-sama kita insaf, terutamanya penulis agar jangan kita menzalim. Kalau sudah terlajak cepat-cepatlah kita memohon maaf sebelum tibanya hukuman daripada Allah Taala, sama ada di awal, di pertengahan, atau di hujung hidup kita. Apatah lagi di Akhirat, sudah pasti tidak terlepas daripada hukuman.

Moga-moga Allah Taala sentiasa menjauhkan kita daripada perbuatan zalim. Amin.

SEKIAN